“Janji yang Tersisa: Kisah JO, Vina, dan Via”

Sebuah cerita tentang pilihan, empati, dan luka yang mencari pulangnya

JO selalu percaya bahwa hidup tak pernah sekadar garis lurus. Ada belokan yang tak direncanakan, persimpangan yang datang tiba-tiba, dan janji-janji yang tak selalu mampu ditepati meskipun hati berniat baik. Begitulah kisahnya dimulai: dari satu janji yang tumbang, lalu merambat menjadi badai yang menguji tiga keluarga sekaligus.

1. JO dan Vina: Rumah yang Retak Tapi Tak Pernah Padam

JO telah lama menikah dengan Vina. Rumah tangga mereka tidak sempurna, tetapi keduanya saling mencintai. Namun, tekanan pekerjaan, jarak, dan konflik kecil yang menumpuk membuat hubungan mereka goyah.

Di masa-masa itu, JO kehilangan pijakan. Ia bertemu Via—seseorang yang hadir di fase rapuhnya. Dari komunikasi, tumbuh perhatian. Dari perhatian, tumbuh keterikatan. Sampai akhirnya ia menikahi Via, sebuah keputusan yang ia ambil di tengah kabut emosional yang belum selesai dengan Vina.

Sejak itu hidupnya terbagi dalam dua kenyataan:

  • rumah pertama yang masih menyimpan cinta, namun juga kecewa,
  • rumah kedua yang menawarkan pengertian, tapi berdiri di tanah yang rapuh.

2. Janji yang Belum Selesai

Sebelum menikahi Via, JO pernah membuat sebuah janji kepada keluarga Via: janji untuk memberi kepastian, sikap, dan rencana yang jelas.

Namun setelah akad itu sah, JO justru harus kembali fokus menyelesaikan masalah rumah tangganya dengan Vina. Ada luka lebih tua yang harus ia jahit ulang. Ada keluarga lebih dulu terbentuk yang harus ia perbaiki. Dan itu membuat janji kepada keluarga Via tertunda.

Bukan karena ia ingin mengingkari—tetapi karena ia ingin tidak menambah luka di salah satu pihak. Empati itulah yang membuat ia menahan langkah.

Namun di mata keluarga Via, penundaan itu hanyalah satu hal: pengingkaran.

Murka pun datang. Mereka menilai JO meninggalkan anaknya tanpa kejelasan. Padahal yang terjadi, JO sedang tersesat di simpang dua tanggung jawab yang sama-sama berat.

3. Vina, Tekanan Orang Tua, dan Rumah yang Terbelah

Di rumah pertamanya, situasi ternyata tak lebih mudah.

Vina, meskipun masih mencintai JO, berada dalam tekanan besar dari orang tuanya. Mereka merasa JO telah mencederai keluarga. Janji yang tertunda kepada pihak Via dianggap bukti bahwa JO tak bisa dipercaya. Maka dalam pandangan mereka, hubungan itu harus selesai.

Vina sebenarnya masih memendam keinginan mempertahankan rumah. Buktinya, ia dan JO masih sering bertemu sembunyi-sembunyi, bahkan masih tidur bersama seperti dulu—hanya saja di hotel, tanpa sepengetahuan orang tuanya. Seolah keduanya sedang berjuang mempertahankan sesuatu yang masih ada, walaupun dunia di sekeliling mereka mendorong ke arah sebaliknya.

Namun ketika tekanan keluarga semakin besar, mental orang tua Vina ikut terguncang. JO mulai khawatir:

“Kalau aku kembali ke rumah, apakah justru membuat mereka sakit?
Apakah mempertahankan Vina harus dibayar dengan runtuhnya kesehatan orang tuanya?”

Pertanyaan itu terus menghantuinya.

4. Via: Cinta yang Tak Mendapat Tempat

Sementara itu, Via—yang telah sah menjadi istri kedua—berada di tengah badai keluarga yang melindunginya dengan kemarahan.

Talaq 1 telah dijatuhkan. Bukan karena tiadanya cinta, tetapi karena situasi yang terlampau kusut. Via hanya mendapat serpihan kehadiran JO, lalu tiba-tiba harus menerima jarak yang tak pernah ia harapkan.

Keluarganya mengira JO sengaja menjauh. Padahal JO sedang berusaha menyelamatkan pernikahan pertamanya sambil tetap ingin menepati janji kepada Via. Hatinya terbelah menjadi dua, dan tak ada satu pun pihak yang melihat seluruh gambarnya.

Semua hanya melihat bagian yang menyakitkan.

5. JO di Titik Tengah: Diantara Cinta, Janji, dan Rasa Bersalah

JO akhirnya berdiri di titik yang paling sepi dalam hidupnya.
Ia mencintai Vina. Ia peduli kepada Via. Ia ingin menepati janji, tapi juga memperbaiki yang telah ia runtuhkan. Ia ingin bertanggung jawab, tapi di setiap langkah selalu ada yang terluka.

Di matanya, ia bukan sedang mengingkari janji,
melainkan sedang berusaha tidak memperbesar luka.

Namun di mata dua keluarga, ia adalah laki-laki yang meninggalkan luka.

Dan hanya JO yang memahami bahwa di balik semua kesalahannya, niat baiknya justru mengepungnya dari segala arah.

6. Akhir yang Belum Selesai

Hingga kini, perjalanan JO masih berlangsung.
Tidak ada akhir yang benar-benar jelas.

  • Dengan Vina, masih ada cinta yang menyala samar,
    tetapi tekanan keluarga membuat rujuk terasa berat.
  • Dengan Via, masih ada tanggung jawab yang belum sepenuhnya tersampaikan,
    tetapi kesalahpahaman keluarga membuat hubungan tersekat jarak.
  • Dengan dirinya sendiri, JO masih mencari cara untuk menebus janji tanpa melukai lebih banyak orang.

Hidup kadang memang sesulit itu:
Ketika niat baik tak cukup untuk menyelamatkan situasi,
dan cinta tak selalu mampu menenangkan badai.

Tapi JO tahu satu hal:
Ia tidak ingin menyerah.
Ia ingin menyelesaikan semuanya dengan hormat—meski perlahan, meski berat.

Karena pada akhirnya, manusia hanya bisa berjalan setapak demi setapak.
Dan mungkin, suatu hari, luka-luka ini menemukan pintu pulangnya masing-masing.

Post a Comment

Previous Post Next Post