Meneladani Spirit Hijrah Sahabat Shuhaib Bun Sinan Ar-Rumi


📚 Khutbah Jum'at

📝 Pemateri: Oleh: Ust. Mohamad Mufid , M.Pd.I (IKADI Kota Prabumulih, Sumatera Selatan)
🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🌹

اَلْحَمْدُ للهِ ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلَا ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْغَفُورُ
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ مِنْ صَالِحِ الْعَبِيْدِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا
أمَّا بعد
فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ ..... أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، 
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah.

Jika kita membuka lembaran sejarah, sejarah mencatat bahwa tahun baru Islam hijriyyah tidak terlepas dari peristiwa hijrahnya baginda Rasulullah saw dan para sahabatnya dari Mekkah menuju Madinah.

Saat ini, sebagian kaum muslimin, ketika mendengar peristiwa hijrah Rasulullah saw dari Mekah ke Madinah, dianggap sebagai perpindahan penduduk biasa. Padahal hijrah bukanlah perkara mudah, karena hijrah membutuhkan tekad perjuangan yang besar.
 
Bagaimana tidak, empat belas abad yang lalu, para sahabat harus berjuang dengan mempertaruhkan harta, benda, keluarga bahkan nyawa demi untuk melindungi dan menyelamatkan aset yang paling berharga, yaitu aset iman dan aqidah.

Salah satu potret sahabat Nabi yang berjuang mempertahankan iman dan aqidah adalah Shuhaib bin Sinan ar-Rumy radhiallahu ‘anhu. Suhaib ar-Rumi adalah salah seorang di antara sahabat senior Rasulullah saw yang mungkin tidak banyak dikenal. Ia termasuk golongan as-sabiqunal awwalun atau orang-orang yang pertama memeluk Islam. Saat jumlah kaum muslimin masih sekitar 30-an orang, Suhaib telah menyatakan ke-Islamannya di hadapan Rasulullah saw dalam keadaan takut di bawah bayang-bayang ancaman kaum kafir Quraisy Mekah.

Gelar Ar Rumi diberikan karena Shuhaib menetap cukup lama di negeri Romawi. Pada awalnya ia datang ke Mekkah dalam keadaan miskin dan mempertahankan hidupnya dengan berdagang. Dengan izin Allah, Shuhaib menjadi pedagang sukses.

Di dalam buku yang ditulis Ahmad Hatta, dkk berjudul The Great Story of Muhammad dikisahkan semenjak Shuhaib memeluk Islam, beliau selalu diintimidasi kaum kafir Quraisy. Bayang-bayang penyiksaan pun mengincar Shuhaib. Shuhaib bersama sejumlah kaum muslimin lainnya ditangkap dan dipakaikan baju besi kemudian dijemur di terik panas matahari. Namun, Shuhaib dan para pemeluk Islam lainnya itu tetap bersabar. Allah swt menganugerahi mereka dengan kekuatan dan ketabahan, sehingga berhasil melewati penyiksaan itu.

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!
 
Disaat penyiksaan kafir Quraisy semakin menjadi-jadi, turunlah perintah Allah swt untuk hijrah ke Madinah. Ketika itu, Shuhaib berhijrah dengan membawa sepuluh ekor unta lengkap dengan barang-barang dan hartanya. Di perjalanan, tiba-tiba kaum kafir Quraisy datang mencegahnya.
“Wahai Shuhaib, mau kemana engkau? Engkau dulu datang ke sini dalam keadaan miskin. Kini hartamu bertambah banyak. Apakah engkau akan keluar begitu saja? Jangan bermimpi engaku bisa keluar dari sini dengan mudah!.”

Shuhaib berkata, “Kalau sekiranya aku tinggalkan hartaku untuk kalian apakah aku dibiarkan pergi?”
“Ya!” Jawab orang-orang Quraisy serentak. Mereka yakin Shuhaib tidak akan pergii karena lebih memilih hartanya.

Akhirnya Shuhaib menyerahkan seluruh unta beserta barang dan hartanya. Jika harga satu ekor unta Rp. 50 juta, maka saat itu Shuhaib telah kehilangan harta kekayaan lebih dari Rp. 500 juta demi untuk mempertahankan ajaran Islam. Subhanallah!

Kemudian Shuhaib meneruskan perjalanan hijrah ke Madinah hanya dengan memakai jalabiah (jubah), jalan kaki menempu

jalan kaki menempuh perjalanan panjang kurang lebih 450 km. Ketika kabar Shuhaib terdengar ke telinga Nabi, beliau Rasulullah saw memujinya. “Rabiha shuhaib.. rabiha shuhaib...” Telah beruntung Shuhaib, telah beruntung Shuhaib.

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah swt!

Kisah di atas menginformasikan kepada kita bahwasanya hijrah bukan perkara mudah. Orang yang menyatakan diri berhijrah dan beriman kepada Allah swt, akan mendapatkan ujian dari Allah swt. Dengan ujian inilah Allah akan mengetahui tingkat kualitas iman seseorang. Apakah kualitas imannya kokoh atau mudah rapuh? Allah swt berfirman dalam surat al Ankabut ayat 2-3.

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ (٢) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ (٣)

''Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan (saja) mengatakan: Kami telah beriman, lantas tidak diuji lagi? Sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan mengetahui orang-orang yang dusta'' (Q.s. Al Ankabut: 2-3).

Kisah di atas juga memberi pelajaran berharga untuk meneladani spirit hijrah Suhaib dalam kehidupan kita. Beliau rela meninggalkan harta demi menyelamatkan aset paling berharga, yakni keimanan. Padahal harta yang ditinggalkan tidak sedikit.
 
Secara hitungan materi, mungkin Shuhaib terlihat rugi, karena harus kehilangan seluruh hartanya, tempat tinggalnya dan relasi bisnisnya. Apalagi pergi ke tempat baru memulai bisnis dari nol, dimana tidak ada jaminan kehidupannya akan lebih baik lagi. Namun jika dilihat dari kaca mata Islam, sebagaimana yang dikatakan baginda Rasulullah saw, justru Shuhaib benar-benar mendapatkan keberuntungan yang luar biasa.

Sejatinya harta dan barang kekayaan lainnya yang hilang, kalau memang rizkinya maka dia pasti akan mendapatkannya lagi. Atau Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik. Sementara ketaatan kepada Allah, ridha-Nya tidak akan bisa dibeli dengan dunia dan seisinya.

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!

Jika seorang Shuhaib tanpa ragu meninggalkan semua harta dan bisnisnya untuk berhijrah ke Madinah yang saat itu tidak ada bayangan bisnis barunya, lalu apa yang membuat kita ragu sebagai seorang muslim untuk meninggalkan aktifitas yang syubhat mencari pekerjaan yang halal?
 
Jika seorang Shuhaib tanpa ragu meninggalkan segala hartanya demi sebuah aset iman yang paling berharga, mengapa kita enggan mengeluarkan sebagian rezeki kita untuk kepentingan sedekah dan dakwah?

Jika seorang Shuhaib berjalan kaki ke Madinah menempuh perjalanan panjang 450 km di bawah terik panas matahari untuk mencari Ridha Allah, mengapa kita masih enggan memenuhi panggilan Allah ke masjid di sekitar kita?

Disinilah kualitas keimanan kita diuji oleh Allah swt. Allah menjanjikan bahwa perniagaan yang terbaik adalah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa.
Allah ta’ala berfirman dalam surat ash shaff ayat 10-11.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَىٰ تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ (١٠) تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (١١)

“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya.” (Q.s. Ash Shaff 10-11).

Maka marilah melalui momentum tahun baru hijriyyah ini, kita korbankan waktu, tenaga dan fikiran untuk bersama-sama memakmurkan masjid. Marilah sebagian rezeki kita untuk berinvestasi akhirat, seperti disalurkan untuk sarana pembangunan masjid, tempat pembelajaran taman pendidikan al Qur’an, menyantuni kaum fakir miskin, anak yatim dan sebagainya.
Karena iman yang berkualitas bukan hanya keyakinan dan ucapan di lisan saja. Tetapi harus

Tetapi harus mampu dibuktikan dengan amal perbuatan nyata dalam kehidupan sehari-hari,sebagaimana pengertian iman secara utuh, yaitu

اَلْاِيْمَانُ عَقْدٌ بِالْقَلْبِ وَ اِقْرَارٌ بِالِّسَانِ وَ عَمَلٌ بِالْاَرْكَانِ

“Iman adalah tambatan hati, ucapan lisan dan laku perbuatan.”

Demikian khutbah ini kami sampaikan. Semoga kita semua dapat memetik hikmah sahabat Shuhaib bin Sinan ar-Rumy untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Semoga dengan bergantinya tahun baru Islam ini, Allah ta’ala selalu membimbing jiwa dan raga kita untuk istiqimah di jalan-Nya. Aaamiin Yaa Rabbal’alamiin.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الآيَاتِ وَالِّذكْرِ الْحَكِيمِ ، وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ
وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ
اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْن
اللَّهُمَّ أَنْجِ إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ الْمُسْتَضْعَفِيْنَ فِيْ فِلِسْطِيْنَ ، اللَّهُمَّ الْطُفْ بِهِمْ وَارْحَمْهُمْ وَأَخْرِجْهُمْ
مِنَ الضِّيْقِ وَالْحِصَارِ ، اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْهُمُ الشُّهَدَاءَ وَاشْفِ مِنْهُمُ الْمَرْضَى وَالْجَرْحَى ، اللَّهُمَّ كُنْ لَهُمْ
وَلاَ تَكُنْ عَلَيْهِمْ فَإِنَّهُ لاَ حَوْلَ لَهُمْ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِكَ
Ya Allah selamatkanlah saudara-saudara kami kaum muslimin yang lemah di Palestina.. Ya Allah sayangi dan kasihilah mereka dan keluarkanlah mereka dari isolasi dan keadaan sempit yang mereka alami saat ini, Ya Allah terimalah syuhada mereka dan sembuhkanlah yang luka dan sakit dari kalangan mereka, Ya Allah tetaplah bersama mereka dan jauhilah musuh-musuh mereka karena tiada daya dan kekuatan bagi mereka kecuali dariMu
اللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِيْ فِلِسْطِيْنَ اللَّهُمَّ انْصُرْهُمْ عَلَى الْيَهُوْدِ وَمَنْ عَاوَنَهُمْ مِنَ الْكُفَّارِ وَالْمُنَافِقِيْنَ
Ya Allah turunkanlah pertolongan-Mu buat kaum mujahidin di Palestina, Ya Allah tolonglah mereka menghadapi kaum Yahudi dan penolong-penolong mereka dari kalangan kuffar dan kaum munafiq,
، اللَّهُمَّ سَدِّدْ سَهْمَهُمْ وَوَحِّدْ صُفُوْفَهُمْ وَاجْمَعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الْحَقِّ يَا حَيُّ يَاقَيُّوْمُ
Ya Allah tepatkanlah bidikan mereka, rapatkanlah shaf perjuangan mereka dan satukanlah kalimat mereka di atas kebenaran Ya Hayyu Ya Qayyum.
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر

🍃🍃🌺🍃🍃🌺🍃🍃

Dipersembah

Comments