Di Jalan Dakwah Aku Berkiprah

Seperti apa sosok muslimah tangguh yang di kancah peperangan Uhud mampu menjadi perisai Rasulullah. Sekitar 12 tebasan pedang mendarat di tubuhnya. Tak ada keluh kesah sedikit pun. Meredam segala rasa dari luka yang ada ada tubuhnya, begitulah Nusaibah Ummu Umarah.

Ada kisah dramatis lagi dari Thalhah bin Ubaidillah. Kala pasukan muslim terdesak pengamanan terhadap Rasulullah beliau lakukan. Hingga sekitar 39 tebasan pedang melukai tubuhnya. Kerinduan akan syahid tak membuatnya menyerah kalah walau pun derita dirasa.

Dan Anas bin Nadr yang beruntung berjumpa syahid. Ketika pasukan di bawah bukit Uhud terkalahkan Anas pun berlari ke bawah untuk membantu pasukan yang mulai lumpuh. Kala berlari ada 70 tombak menancap di tubuhnya. Namun kecintaan terhadap Allah dan kerinduannya berjumpa syahadah membuatnya terus berlari melawan musuh sembari berucap kepada sahabatnya, "Yaa Sa'ad Aku mencium bau surga di bawah bukit Uhud."  Dan tak seberapa lama nyawa Anas bin Nadr kembali ke haribaan-Nya. Masya Allah betapa dahsyatnya jiwa-jiwa mereka. Tujuan yang jelas yakni lurus menuju Allah.

Mengingat banyak kisah sudah semestinya membuat kita bertanya. Bila mereka setangguh itu dan sangat pantas tinggal di surga, sementara kita? Belum seberapa kala harus berjuang dengan merasakan kelelahan dan kesakitan. Mungkin di antara kita belum pernah merasakan seperti apa perihnya luka tebasan pedang. Mungkin sayatan pisau dapur saja membuat kita meringis atau bahkan menangis merasakan perihnya.

Dan kita disini, di jalan dakwah ini harus menjadi pribadi yang senantiasa terjaga semangatnya. Tak goyah karena fitnah. Tak mundur meskipun harus gugur. Menguatkan komitmen diri hanya untuk Ilaahi tugas masing-masing kita.

Bagaimana seharusnya yang kita lakukan agar dapat berkiprah di jalan dakwah? Ada beberapa hal yang harus kita lakukan.

1. Afiliasi kita harus jelas. Allah dan dan dakwah yang jadi afiliasinya. Bukan kepada makhluk sehebat apa pun mereka. Jika kita lurus untuk menolong agama Allah maka Allah pun kan menolong kita.

2. Partisipasi kita dituntut untuk memajukan dakwah bahkan menggelorakannya. Dimana pun kita berada ambil kesempatan untuk bisa berdakwah bahkan dengan kemampuan yang minim pun jangan merasa berkecil hati. Terus lakukan saja yang terbaik karena Allah melihat gerak langkah kita, melihat peran kita. Selayaknya butiran pasir saja bisa mengokohkan bangunan bukan?

3. Kontribusi. Bertanyalah sudah sebanyak apa kita berkontribusi untuk dakwah ini. Baik dengan keluarnya harta yang kita punya, lelahnya raga yang kita rasa bahkan sekali pun nyawa harus hilang kita pun rela. Hal yang terpenting ada wujud nyata yang kita tinggalkan dari perjalanan hidup yang selama ini kita jalani.

Tak ada gading yang tak retak. Tak ada satu pun manusia yang sempurna, hanya Rasulullah yang mulia yang terjaga dari dosa hingga gelar Al-Ma’shum melekat pada beliau. Pun demikian apakah kita mundur dari jalan dakwah ini? Tidak. Kita terus melangkah sembari berbenah diri. Ada teman yang memberi dukungan. Ada sahabat perjuangan yang kan memberi banyak pelajaran. Serta saudara seiman yang menguatkan.

Meneladankan diri, menampilkan sosok muslim dan muslimah sejati. Tak silau karena pujian tak galau lantaran beratnya ujian. Tetap berkarya meski langkah menuju kehadapan tak mundur selangkah pun dari jalan Tuhan.

Perjalanan membangun peradaban memang membutuhkan waktu yang panjang dan melelahkan. Tak sekedar harta, jiwa,  raga, dan waktu tersita untuk memperjuangkannya. Banyak yang harus kita korbankan lantaran kecintaan kita kepada Allah.

Terkadang kita terengah-engah untuk melangkah hingga tujuan. Terkadang pula terseok-seok mengikuti lajunya derap langkah kafilah dakwah. Kadang pula tersandung, terjatuh, terluka dan aral yang melintang menghadang perjalanan kita.

Namun bagaimana pun kita harus tetap teguh pendirian untuk tetap semangat mengeksistensikan diri di jalan dakwah ini.

Imam Syafi’i menasihati kita, ”Jika sudah berada di jalan Allah maka melesatlah dengan kencang. Jika sulit, maka tetaplah berlari meski kecil langkahmu. Bila engkau lelah, berjalanlah menghela lapang. Dan bila semua tak mampu kau lakukan, tetaplah maju terus meski merangkak perlahan. Janganlah pernah mundur dari jalan Allah.”

Wallahul musta’an

🍃🍃🌺🍃🍃🌺🍃🍃

Sumber: manis.id

Comments