Pentingnya Ramah Tamah bagi Setiap Muslim | Setiap kita selalu nyaman dengan keramah-tamahan. Seri wajah menyejukkan. Rekah ulas senyuman. Lembut santun sapaan. Begitu harmonis. Tidak sinis. Tidak main alis. Terasa hangat. Tidak dibuat-buat. Serasa teman dekat nan akrab. Ucap salam. Menjabat tangan. Bertanya kabar. Menawarkan bantuan. Memberikan pelayanan.
Rasulullah Saw bersabda: “Sungguh, janganlah engkau remehkan sekecil apa pun dari sebuah kebaikan walau sekedar engkau bertemu saudaramu dengan beseri-seri” (HR.Muslim).
Intulah akhlak kita sebagai orang muslim yang mengaku beriman. Tuntunan Rasulullah dalam agama Islam yang telah disempurnakan. Tidak sekedar tradisi orang timur yang sudah dipatenkan. Berpahala jika tulus ikhlas tanpa pamrih menjalankan.
Rasulullah Saw bersabda: “Senyummu di depan wajah saudaramu adalah sedekah”.(HR.At Tirmidzi). Ua berkata: hadits ini hasan gharib.
Dalam dunia pelayanan dan penawaran jasa, keramah tamahan menjadi modal utama dan paling diutamakan. Penjual siomai keliling atau sate ayam gerobak dorong ikut ambil bagian. Termasuk penjaga toko kelontong hingga swalayan. Bahkan mulai dari tukang parkir sampai pada direktur utama sebuah perusahaan.
Sederhana saja: Jualan tanpa senyum siapa yang sudi mampir sekedar menawar? Kalau pelayanan tidak memuaskan bagaimana toko atau warung bisa laris dikunjungi pelanggan? Tanpa keramahan kapan pejabat akan dipromosikan? Karenanya, semua harus dijalani dengan hati riang. Ringan laksana awan. Berjalan tanpa beban sebagai amanah kehidupan.
Sudah seharusnya orang yang diperlakukan dengan ramah ia membalas dengan keramahan. Tetapi, tidak jarang ada saja yang membalas dengan celaan dan hinaan serta semua hal yang menyakitkan baik fisik, hati maupun perasaan.
Mungkin saja yang bermuka masam tidak tahu bahwa dibelakang orang yang sedang tersenyum dihadapannya ada orang tua di rumah sana menunggu penuh harapan bisa dibawa periksa ke puskesmas walau cuma sekali. Lama rasanya menunggu dalam sakit yang sudah berhari-hari. Ada isteri yang butuh beli beras dan bumbu ikutan ngantri. Ada anak yang ingin SPPnya segera dilunasi. Ada balita yang merengek-rengek minta dibuatkan susu pelengkap ASI. Ada tetangga yang butuh bantuan karena ada hajatan atau mantu. Ada orang-orang hilir mudik mampir minta sumbangan silih berganti. Ada saudara-saudara dekat maupun jauh yang juga butuh uluran tangan karena musibah di belahan negeri. Bahkan, atas nama kemanusiaan betapa banyak yang harus kita bantu disegenap penjuru bumi.
Semua hal itu menjadi semangat untuk bekerja sebaik mungkin. Setulus mungkin. Disamping mencari pekerjaan juga sekarang susahnya bukan main. Walhasil, semuanya diharapkan lancar. Senantiasa berharap ada uang tambahan. Rizki datang tanpa diundang. Bukan malah dibentak-bentak atau dimaki-maki tidak karuan. Apalagi kalau ternyata pemicunya hanya hal sepele dan tidak pantas dibuat urusan panjang. Salah omongan atau salah gurauan. Salah menaruh barang atau sedikit telat mengantar pesanan.
Sungguh tidak semua hal bisa diuangkan. Manusia tetap perlu dimanusiakan. Mereka punya perasaan. Bahkan, lebih halus dari orang yang tidak punya perasaan (baca:orang yang membalas senyum dengan muka masam). Bukan maksud meninggalkan logika. Semua tetap harus diberikan haknya. Bukankah perasaan adalah bagian dari berlangsungnya kehidupan? Kerenanya, secara logika perasaan harus diperhatikan karena setiap kita ingin dimengerti kawan.
Sudah selayaknya penghormatan dibalas dengan penghormatan. Sapaan dengan sapaan. Salam dengan salam. Senyum dengan senyuman. Jabat tangan dengan jabat tangan. Canda dengan canda. Tawa dengan tawa. Traktir dengan traktir. Intinya segala kebaikan dibalas dengan kebaikan yang sama atau lebih kalau bisa.
“Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa. Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.”.(QS.An-Nisa’:86).
Adapun kalau ada sedikit kesalahan maka hendaknya dimaafkan. Allah yang menggenggam langit dan bumi saja Maha Pemaaf. Kesalahan sebesar apapun dari para hamba-Nya bisa diampunkan. Rahmat-Nya lebih luas dari marah-Nya. Maka, sungguh kita yang tidak punya apa-apa dan tidak bisa menggenggam apa-apa sangat tidak pantas jika menjadi pribadi yang sulit memberi maaf. Terlebih sampai sering-sering mengancam saudara yang bersalah dengan:”Tidak akan aku maafkan!” atau ungkapan: “Tidak ada maaf bagimu!” yang selalu dipertahankan.
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”.(QS. Ali Imran:133-134)
Sedikit membahas tentang keramah tamahan. Siapa saja yang layak kita hadapi dengan penuh keramahan? Sedikit akan kami ulas sebagai berikut :
RAMAH TERHADAP SESAMA
Ramah disini artinya senantiasa berakhlak yang terpuji penuh kemuliaan. Menghormati yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda serta tidak memberda-bedakan teman sepermainan. Selanjutnya, keramahan tidak hanya untuk membalas orang-orang yang ramah tapi juga untuk mereka yang hatinya dengan kita tidak sejalan. Inilah wujud cinta kita tanpa syarat sepanjang hayat masih dikandung badan.
Rasulullah Saw bersabda : “Demi Dzat yang jiwaku ada dalam genggaman-Nya, kalian tidak akan masuk syurga hingga kalian beriman, tidaklah kalian beriman hingga kalian saling mencintai, maukah kalian aku tunjuki pada suatu yang jika kalian melakukannya maka kalian akan saling mencintai? Tebarkan salam diantara kalian”.(HR.Muslim).
Tanpa mereka yang senantiasa membimbing kita, mengarahkan, menasehati, menyinta serta menyayangi dan menguatkan kita akan jatuh. Betapa besar jasa orang tua kita, guru-guru kita dan siapa pun yang senantiasa membesarkan hati kita untuk tetap tegar tanpa patah arang. Memberikan semangat untuk kita selalu maju dan melaju menggapai cita-cita ke depan.
Tanpa mereka yang senantisa menertawakan, meremehkan, memandang sinis semua usaha kita pastilah kita tidak akan bisa menangis untuk kemudian memperbaiki diri. Sudah menjadi sunnatullah bahwa dicambuk sakit rasanya tapi kemudian seekor kuda akan semakin kencang larinya.
Tanpa mereka yang meninggalkan kita dalam kesendirian serta menerlantarkan kita tanpa kawan mungkin kita tidak akan pernah menemukan jati diri. Inilah pendewasaan untuk kita. Jalan paling ampuh untuk kita menemukan masa depan. Belajar dari salah jalan, salah niat, salah tujuan, dan salah dalam memberikan keputusan serta berbagai kesalahan yang lain ketika kita menentukan sebuah pilihan.
Tanpa mereka yang selalu menganggap kita tidak bisa melakukan apa-apa sudah pasti kita tidak akan pernah mencoba. Berhasil tidaknya bukan tujuan utama. Senantiasa mencoba dan mencoba hingga Allah memberikah hasil terbaik sebagai rahmat-Nya kepada kita.
RAMAH TERHADAP ALAM DAN LINGKUNGAN
Dari air kita belajar kelembutan dan kemanfaatan serta kejernihan dalam berfikir. Dari gunung kita belajar tentang ketegaran dan kekokohan serta komitmen dalam suatu keputusan. Dari langit kita belajar bagaimana melindungi dan mengayomi sesama makhluk yang telah Allah cipatakan. Dari laut kita belajar tentang kelapangan jiwa dalam memberikan kemaafan. Dari tanah kita belajar tentang rendah hati serta keramah tamahan.
Air, gunung, langit, laut, tanah dan seluruh makhluk yang Allah ciptakan dalam kehidupan kita sejatinya sebagai fasilitas kehidupan kita. Sudah selayaknyak kita jaga dan kita lestarikan bersama. Jangan kita rusak ekosistemnya. Sungguh, keberadaan mereka adalah jaminan keberlangsungan kehidupan kita serta anak cucu keturunan kita.
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.(QS.Al-Baqarah:30).
Sebagai seorang khallifah di bumi seharusnya kitalah yang menjaganya. Amanah Allah untuk kita adalah sebagaimana bumi ini bisa bertahan lebih lama termasuk keberlangsungan hidup segenap penduduknya. Yang ada sekarang ialah: Banyak sampah dan limbah mengotori aliran sungai dan selokan. Yang mengotori saja tidak nyaman memandang apalagi ikan-ikan dan teman-teman habitatnya yang disanalah tempat mereka tinggal berdiam. Pohon-pohon di hutan yang ditebang dan dibakar atau terbakar secara liar. Langit makin lama makin suram. Jika ketidakramahan ini dilanjutkan hingga generasi kedepan maka bumi ini tidak layak lagi sebagai tempat tinggal. Tepatnya kita tidak layak lagi menjadi penduduknya karena tidak amanah menjaganya.
Tafakkur
Dimata Allah sangat mungkin kita dipandang kurang ramah kepada siapa entah hingga bangsa ini bertubi-tubi diuji dengan bencana serta berbagai musibah. Sudah waktunya kita semua berbenah.
Search : Ramah Tamah Bukan Perkara Remeh dalam Islam, Pentingnya Ramah Tamah bagi Setiap Muslim, Ramah Terhadap Sesama, Ramah Terhadap Alam dan Lingkungan, Senyummu di depan wajah saudaramu adalah sedekah
Img : https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQf6-ugldyRuocfbjhjCqxnCv-ILTg986mrfrXik7zh7p8j3UFBxw
Source : Buletin Da’wah Hidayah-Edisi 347/05 Jumadil Awwal 1435 H
Comments
Post a Comment